Aqidah & AkhlakGaya Hidup

3 Adab Makan Sesuai Al-Qur’an, yang Terakhir Sering Diabaikan 

TATSQIF ONLINEIslam adalah agama yang sempurna; mengatur segala aspek kehidupan umatnya, termasuk aspek sosial, ekonomi, berkeluarga, bernegara, kesehatan, dan aspek-aspek lainnya.

Sebagai bagian dari aspek kesehatan, tubuh yang sehat menjadi penting dalam memudahkan seorang muslim menjalani aktivitas kesehariannya, seperti beribadah, bekerja, dan bersosialisasi dengan orang lain. Untuk mencapai tubuh yang sehat, Islam memberikan pedoman melalui adab makan yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Pola makan dan gaya hidup yang sehat merupakan langkah awal untuk menjaga kesehatan tubuh, sehingga seorang muslim dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dalam rangka mencapai keseimbangan secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Niat: Menentukan Keabsahan dan Tujuan Setiap Tindakan

Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman dalam Alquran surat Al-A’raf ayat 31:

يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ

Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Ayat di atas menjelaskan larangan untuk makan dan minum berlebihan, karena pada tubuh manusia tidak hanya diisi dengan makanan dan minuman, terdapat porsi untuk udara yang menyeimbangkan satu sama lain. 

Larangan ini tidak hanya datang dari pakar kesehatan saja, namun juga dari sunah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda:

ما ملأ آدميٌّ وعاءً شرًّا من بطن، بحسب ابن آدم أكلات يُقمن صلبَه، فإن كان لا محالة، فثُلثٌ لطعامه، وثلثٌ لشرابه، وثلثٌ لنفَسِه

Artinya: “Tidaklah seseorang anak Adam (manusia) memenuhi satu wadah yang lebih buruk daripada perutnya, cukuplah bagi anak manusia beberapa makanan yang dapat menegakkan tulang rusuknya, jika memang harus makan banyak maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, An-Nasai).

Hadis ini memberikan nasihat untuk menjaga keseimbangan dalam mengelola makanan. Rasulullah menyarankan agar cukup memberikan makanan yang dapat menjaga kesehatan dan kekuatan tubuh tanpa berlebihan.

Beliau menekankan pembagian makanan menjadi tiga bagian: sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk nafas. Prinsip ini mengajarkan keseimbangan dalam menjaga kesehatan fisik dan spiritual.

Makanan yang baik saja tidak cukup sebagai syarat makanan yang akan dikonsumsi oleh seorang muslim, makanan halal dan baik adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dari makanan yang akan dikonsumsi oleh seorang muslim.

Hal ini sesuai dengan anjuran dalam Alquran surat Al-Maidah ayat 88:

وَكُلُوا۟ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ حَلَٰلًا طَيِّبًا ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِىٓ أَنتُم بِهِۦ مُؤْمِنُونَ

Artinya:  “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rizqikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.”

Ayat ini menekankan pentingnya mengonsumsi makanan yang halal dan baik. Allah menyuruh hamba-Nya untuk menyantap rezeki yang telah diberikan-Nya secara halal dan berkualitas. Makanan yang halal adalah yang dibolehkan dikonsumsi dalam hukum Islam, dan makanan yang baik mencakup yang makanan yang memberikan nutrisi dan manfaat positif bagi tubuh.

Perintah untuk bertaqwa kepada Allah dalam ayat ini mencerminkan kesadaran bahwa pemilihan makanan juga merupakan bagian dari ketaqwaan kepada-Nya. Dengan memilih makanan yang halal dan baik, umat Muslim menunjukkan ketaatan dan rasa syukur kepada Allah atas nikmat rezeki yang diberikan-Nya.

Mayoritas masyarakat tidak sabar ketika makanan sudah dihidangkan di meja makan, dan memakannya saat makanan masih dalam keadaan panas. Hal tersebut bertentangan dengan sabda Rasulullah SAW yang menganjurkan memakan makanan dalam keadaan tidak panas, seperti dalam hadis di bawah ini:

عن أبي هريرة قال : { أتي النبي صلى الله عليه وسلم يوما بطعام سخن فقال ما دخل بطني طعام سخن منذ كذا وكذا قبل اليوم

Artinya: “Dari Abu Hurairah berkata : Pada suatu hari Nabi SAW dihidangkan sebuah makanan yang masih panas, lalu beliau berkata: “Tidak akan masuk kedalam perutku makanan yang panas sejak saat ini dan sebelumnya,” (HR Al-Baihaqi).

Nabi Muhammad SAW menolak makanan yang panas dengan menyatakan bahwa mulai dari saat itu dan sebelumnya, beliau tidak akan memakan makanan yang panas. Keputusan ini mencerminkan perhatian beliau terhadap kesehatan tubuh, dan menunjukkan kebijakan untuk menghindari potensi kerusakan atau ketidaknyamanan pada perut. Hal ini harus menjadi pedoman bagi umat Muslim untuk menjaga kesehatan dalam pemilihan makanan.

Menjaga pola makan dan gaya hidup sehat memiliki peran penting bagi seorang Muslim dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Prinsip-prinsip seperti tidak makan berlebihan, mengonsumsi makanan halal dan baik, serta menghindari makanan panas adalah ajaran yang berasal dari Al-Quran dan sunnah Rasulullah.

Dengan menjaga keseimbangan dalam makanan, mengucap syukur atas rezeki yang diberikan, dan menghindari hal-hal yang dapat merugikan tubuh, umat Muslim dapat menjaga kesehatan dan menjalani kehidupan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Wallahu A’lam
Oleh Dede Sobariah

  • Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

    Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

    Lihat semua pos Lecturer
  • Penulis: Dede Sobariah

    Seorang pembelajar yang aktif di bidang kepenulisan, menyukai dunia memasak, berkebun dan berbenah, saat ini sedang melanjutkan pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri di Turki.

    Lihat semua pos

Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Chat Kami Yuk